Diduga Ulah Pengusaha Emas, Masyarakat Kusubibi “Jadi Korban” Dampak Bahaya Cyanida dan Mercury

HALSEL, Bratapos.com– Masyarakat Desa Kusubibi, Kecamatan Bacan Barat, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara sejak dibuka tambang rakyat sangat bersyukur karena potensi sumberdaya alam (SDA) bisa dkelola secara langsung oleh warga.

Namun, belakangan ini potensi sumber daya alam (SDA) itu justru kembali mengancam keselamatan mereka karena adanya pencemaran limbah B3 yang sudah terlihat sangat parah. Buktinya, air PDAM saja tidak bisa dikonsumsi oleh warga Kusubibi.

Amatan tim sejumlah wartawan di lokasi tromol atau Glundung Minggu pekan kemarin, pencemaran limbah B3 yang paling berbahaya, karena setiap hujan limbahnya meluap ada tong diduga milik pengusaha, Sudin. Dia memiliki 5 unit tong dan lokasi itu limbah yang tidak terurus karena hanya dibendung dengan karung.

Selain diduga Sudin, ada juga sejumlah pengusaha yang secara terang-terangan menggunakan cyanida dan mercury untuk dipakai saat mengolah material emas dalam tong tersebut.

Salah satu orang kepercayaan pemilik tong milik Hi Komar, Ilyas saat diwawancarai sejumlah media dan pengurus Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) Halsel terkait penggunaan cyanida dan mercury, dia membenarkan bahwa untuk mengolah emas di tong harus menggunakan cyanida minimal 3 kg dan maksimal 5 kg dalam 1 tong kemudian ditambah lagi dengan mercury. “Tong kita (Hi. Komar) ada 5 unit dan setiap operasi itu harus gunakan cyanida 3-5 kg dalam satu tong,” ungkap Ilyas.

Sementara itu, orang kepercayaan pemilik tong milik Ruslan, yakni Rustam juga mengakui bahwa semua tong yang beroperasi itu menggunakan cyanida dan mercury, kemudian ada pengusaha tong yang tidak bisa mengamankan limbah sehingga ketika waktu hujan, itu limbahnya meluap keluar.

“Kita ini pemain tong dan posisi Kusubibi ini beda dengan tambang rakyat seperti di Palu. Kalao di Palu itu limbah diamankan sehingga tidak tercemar, tapi di Kusubibi ini limbah bahan berbahaya tidak dilindungi. Jadi, setiap hujan itu limbah pasti bocor keluar,” ujar Rustam.

Terpisah, Sarna adik kandung Sudin yang juga pemilik 5 tong kepada sejumlah wartawan mengaku mereka tidak menggunakan cyanida hanya mercury saja untuk kelola emas di tong.

“Torang cuman pake Mercury saja, tidak pake cyanida“, ujarnya sambil tersenyum.

Ketua adat Togale, Hi. Sadek mengatakan, sudah hampir dua bulan warga Kusubibi sudah tak lagi mengkonsumsi air yang bersumber dari PDAM. Sebab, warga takut air yang di konsumsi telah tercemari limbah tambang.

“Kami tidak lagi minum Air PAM, alasannya karena takut jangan sampe pipa picah dan limbah masuk di pipa yang picah dan tercampur deng limbah,” ungkap Hi. Sadek, minggu kemarin.

(fahri/redaksi)