Oleh: Riana Grey
Riau, 21 Desember 2016
Perempuan, lelaki, tua muda hingga tunastunas yang baru menganga
Berduyunduyun menabur duri di kakinya sendiri
Berjalan tergopoh lalu mengaduh saat jumpa keramaian orang yang gaduh
Berteriak di sakiti, dikuliti kakinya oleh kerumunan duri yang bersarang di sana
Padahal mereka menabur duri di kaki sendiri
Perempuan, lelaki, tua muda hingga tunastunas yang baru menganga
Menggenggam palu, memukul kepalanya sendiri berkalikali
Teriak sakit, mereka mengaduh saat pekat darah luruh jatuh
Katanya palu melukainya, palu berusaha mencongkel isi kepalanya
Padahal palu digerakkan oleh tangannya sendiri
Ada lagi manusia paruh baya, tampilan bergaya, bicara penuh daya
Wajahnya berbinar ceria seolah selalu bahagia dan baikbaik saja
Ia menabur cuka pada kulit yang baru saja disayatnya, kulitnya
Lalu teriakteriak pedih, menunjuknunjuk luka hingga orang mendatanginya
Sandiwara, drama,
Padahal luka dan cuka itu dia yang bawa
Berapa kali dalam sehari kita melukai diri sendiri?
Membaca yang tidak perlu, bicara yang tidak mutu, mendebat yang bukan lawan,
Membebat onggokan awan, hingga menjadikannya abuabu
Mana yang benar, mana yang salah, mana yang keluh, mana yang kesah, mana yang lemah, mana yang kuat
Padahal sengsaranya hidup, tidak lain dari mereka yang buat