Menikmati Wisata Pantai Payangan Jember

Adventurial70 Dilihat

JEMBER-BRATA POS. Masih dari kawasan selatan Kabupaten Jember dan masih termasuk wilayah Kecamatan Ambulu, terdapat sebuah pantai yang berada dalam deretan pantai Watu Ulo dan Papuma. Kedua pantai ini sudah lebih terkenal dan sudah dikomersialkan sejak lama. Sedangkan pantai Payangan baru populer setahun terakhir ini. Dulunya pantai ini masih tersembunyi karena jalan akses ke sana tertutup. Dan kawasan di sekitarnya lebih terkenal karena keberadaan tambak yang cukup luas serta tempat pelelangan ikan. Mungkin setelah disadari view di tempat ini potensial untuk pariwisata maka masyarakat mulai mempopulerkannya sebagai tujuan wisata.

Pada saat liburan, pantai di pesisir selatan Jember menjadi primadona masyarakat lokal maupun warga dari luar kota yang sengaja datang dari jauh memang untuk mengunjungi pantai ini. Berbeda dengan Watu Ulo yang dikuasai pemerintah daerah, juga Tanjung Papuma yang ada di sampingnya, Payangan dikelola warga lokal tanpa membayar tiket. Eiits…jangan salah, bukan berarti kita gak bayar apa-apa untuk masuk ke sana. Ketika kami ke sana, kami dikenakan Rp 10.000 untuk parkir mobil, dan sumbangan untuk konservasi yang dikenakan oleh warga setempat sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) per orang. Biaya yang terbilang masih sangat murah dibanding tempat wisata lain dan memang LMD ( Lembaga Masyarakat Desa ) setempat berkomitmen dana tersebut digunakan untuk memelihara kawasan pantai, terutama untuk memperbaiki keindahan bangunan Mesjid di sekitar lokasi wisata Panta Payangan Jember. Tim Kami pun sempat menanyakan kepada salah satu pedagang dan penjaga parkir di sekitar area parkir mobil, “ mengapa tidak diberikan karcis/tiket masuk bagi tiap-tiap pengunjung yang dating ke Pantai Payangan ini?”, merekapun menjelaskan bahwa sesuai anjuran dari Kepala Desa setempat, untuk lokasi wisata Pantai Payangan tidak ditarif untuk ongkos masuk pengunjung, karena untuk tiket/karcis masuk sudah diberlakukan untuk Lokasi wisata Pantai Papuma dan Watu Ulo.”

Seperti terlihat di peta, pantai Payangan merupakan sebuah teluk kecil atau yang biasa disebut Teluk Love dengan sebuah pulau, diapit dua bukit di kanan kirinya. Pantai Payangan berpasir hitam, dengan ombak yang cukup besar khas pantai selatan sehingga kurang aman untuk berenang. Namun anak-anak kecil cukup menikmati bermain pasir yang lembut dan bersih di pantai tersebut. Sebetulnya kalau ingin berbasah-basah nyemplung di pantai bisa ke sisi teluk yang ada di sebelah kanan pada peta. Karena posisi bukit yang diapit dua telut tersebut, Payangan bisa dinikmati saat sunrise maupun sunset.
Kalau kita berwisata ke pantai ini, jangan lewatkan aktivitas tracking ke bukit. Kita bisa pilih bukit sisi kanan (bukit Cinta) atau sisi kiri (bukit Kambing). Karena meskipun agak melelahkan, namun kita bisa menikmati pemandangan pesisir selatan yang menawan. Track untuk mencapai puncak bukit juga sudah dibuatkan undag-undagan/tangga sehingga tidak ada kesulitan untuk melewatinya. Berkeringat dan sedikit pegel kaki tidak terasa sambil memandangi birunya laut dan hijaunya persawahan di pandangan mata, sambil menikmati sejuknya angin laut yang berhembus lembut.
Di bukit ini akan kita temui hamparan rumput luas di mana kita bisa bersantai menikmati angin sambil berfoto-foto. Subhanallah, rasanya ingin istirahat di situ barang sejenak.
Biasanya saat musim hujan atau saat rumput di bukit ini menghijau, kita bisa lihat banyak kambing merumput di sana. Namun apabila pada saat musim kemarau kita hanya menjumpai rumput kering, sepertinya kambingpun malas untuk naik ke bukit dan memilih bahan pangan alternatif di bawah sana.

Bukit ini tidak hanya menawarkan pemandangan alam, tapi juga menyimpan cerita sejarah saat masa peperangan tentara Jepang dengan Sekutu. Di situ terdapat 2 goa Jepang yang lebih tepatnya bunker, dibuat untuk persembunyian sekaligus basis pertahanan laut Jepang dari serangan sekutu, karena memang di bukit ini bisa terlihat kapal dari Samudra Hindia yang akan masuk lewat selatan Jawa, konon kebanyakan kapal milik tentara Australia. Merinding membayangkan meriam yang ditembakkan dari celah di goa ini, bercampur kagum saat itu tentara Jepang sudah menemukan tempat tersembunyi ini bahkan membuat bunker dengan ketebalan beton lebih dari 30 cm.

Tepat di atas bunker inilah puncak bukit Kambing, ditandai 2 pohon besar kering dan terdapat plang jalan keluar, yang berarti kita bisa memilih track menurun melalu jalan di sisi lain sehingga kita bisa nikmati pemandangan yang berbeda saat naik dan turun. Dari sisi ini juga kita bisa melihat gugusan pulau karang di sekitar Payangan dan melihat perahu nelayan berlajar di sekelilingnya.
Kami sempat bertemu tim SAR lokal dan pengelola pantai yang sedang berjaga, kami berbincang beberapa hal menarik mulai dari sejarah goa Jepang, kepedulian pemerintah daerah yang masih kurang, sampai cerita “horor” dunia lain yang sering terjadi di bukit itu. Yang menarik buat saya hanya penjelasan mereka tentang nama-nama pulau kecil disekitarnya. Ternyata pulau yang hanya berupa batu karang ini juga punya nama. Nama yang saya ingat antara lain pulau Pawon, pulau Burung, pulau Mandekil, dan nama lain yang tidak saya catat. Lalu ada pulau Pisang di kejauhan sana serta pantai Rowo Cangak, yang inshaallah akan kami kunjungi suatu hari nanti.

Turun dari bukit kamipun menuju pantai sekedar untuk menghabiskan senja, merasakan belaian ombak di telapak kaki yang membasahi ujung celana sambil menemani keponakan kecilku yang ingin bermain istana pasir, dan melihat perahu nelayan mulai dilepas ke lautan. Meskipun kami tidak bisa menikmati pemandangan sunset yang maksimal dikarenakan awan berkabut dan gerimis hujan yang tiada henti, tetapi menghabiskan senja di pantai Payang menjadi moment berharga yang kami nikmati bersama, yang membuat kami selalu bersyukur dengan keindahan alam di kota kami ini.

Satu hal yang selalu harus kita ingat saat pergi berpetualang ke manapun, don’t take anything but pictures, don’t leave anything but footprint, bila kita termasuk orang yang bersyukur.(kabiro)