BURU | Bratapos.com– Puluhan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Kecamatan Batabual (PMKB) melakukan aksi unjuk rasa meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buru untuk segera membangun infrastruktur jalan lintas dari dataran Waeapo ke Kecamatan Batabual, Kabupaten Buru, Maluku, Rabu (5/1/2022).
Aksi demonstrasi ini dipicu atas terbaliknya longboat yang memakan satu korban jiwa, pada Selasa lalu (4/1/2022) diperairan Desa Pela, Kecamatan Batabual.
Longboat dengan nama Liliana Jaya dengan panjang 11 meter dan lebar 1.25 meter itu bertolak dari Kota Namlea sekitar pukul 12.00 WIT menuju Kecamatan Batabual. Namun, ditengah perjalanan tiba-tiba mengalami oleng dihantam ombak, kemudian terbalik sehingga memakan korban seorang perempuan bernama Sarpia Buton dari Desa Namlea Ilath, Kecamatan Batabual.
Demonstrasi tersebut berlangsung di Simpang Lima Namlea dan Kantor DPRD Kabupaten Buru. Salah satu bentuk protes mereka, massa aksi menunjukkan dengan membakar bak bekas di Simpang Lima Namlea.
Dari hasil pantuan Bratapos.com di lapangan, massa aksi pengujuk rasa membawa poster dengan gambar foto-foto kondisi kecelakaan longboat tersebut dengan tulisan “Batabual Sedang Berduka, Katong Su Seng Percaya Kamong Lai.”

Dalam aksi ini, yang bertindak sebagai Kordinator Lapangan (Korlap), Djufri Yadi Batdjedelik, mahasiswa dari Desa Pela Kecamatan Batabual.
Salah satu orator, mahasiswa dari Desa Ilath, Kecamatan Batabual, Madarudin Lapandewa mengungkapkan aksi ini adalah aksi panggilan hati, yang dirasakan oleh masyarakat Batabual, karena pada 4 Januari 2022 telah terjadi korban akibat terbaliknya longboat.
“Peristiwa itu menimbulkan satu korban jiwa, akan tetapi tidak ditanggapi oleh pemerintah daerah, hal ini menandakan bahwa tidak ada perhatian penuh pemerintah daerah terhadap kondisi masyarakat Batabual, karena aksi ini adalah bentuk keresahan yang dirasakan oleh masyarakat Batabual,” tegas Madarudin.
Menurut dia sudah dua puluh tahun lamanya janji pemerintah untuk membangun infrastruktur jalan lintas ke Kecamatan Batabual, namun belum juga terealisasi dari zaman kepemimpinan Husni Hentihu hingga Ramly Umasugi.
“Sampai saat ini jalan di Batabual belum bisa diharapkan, karena jalan disana ini kalau musim hujan dia punya berlumpur, apalagi di musim Timur masyarakat Batabual paling susah, terkadang ada keperluan penting di Namlea tidak bisa ke mana-mana dengan cuaca laut darat yang buruk,” ungkapnya.
Mahasiswa Desa ilath tersebut meminta agar pemerintah daerah dapat memperjuangkan dalam membangun infrastruktur jalan, sebab masyarakat Kecamatan Batabual selalu kesulitan apabila masuk musim penghujan, seperti sekarang ini dan musim Timur karena gelombang cukup tinggi.
“Masyarakat mau lewat darat setengah mati, tidak bisa karena air banjir dan kalau lewat laut juga setengah mati dengan gelombang. Jadi ini yang sebenarnya, menjadi keluhan besar masyarakat Batabual, kami minta supaya kita punya pemimpin bisa melihat kami punya jalan di Batabual,” ungkapnya.
Dia menambahkan pemerintah daerah untuk sesegera mungkin membangun infrastruktur jalan lintas dari Kecamatan Batabual menuju ibu kota kabupaten penghasil minyak kayu putih terbesar di Indonesia ini.
Dalam aksi ini ada tiga poin tuntutan yang menjadi permintaan mahasiswa terhadap pemerintah daerah;
Pertama, meminta kepada pemerintah daerah agar dapat membangun jalan lintas Batabual.
Kedua, meminta pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan Kabupaten Buru agar segera menyediakan kapal ferry penyebrangan laut dari Kota Namlea ke Kecamatan Batabual.
Ketiga, agar pemerintah daerah dapat memperjuangkan penerangan listrik selama 24 jam di Kecamatan Batabual.
“Segera secepatnya pembangunan infrastruktur jalan Batabual, dan kalau bisa hadirkan kapal ferry di Kecamatan Batabual untuk jalan lintas jalur laut dan memperjelas PLN, kalau bisa PLN itu dia menyalah 24 jam,” pungkasnya.