PATI, Bratapos.com – Aksi pelemparan batu ke The Safin Hotel oleh oknum supporter yang terjadi pada Minggu (13 Desember 2020) dini hari membuat para pelaku sepak bola nasional ikut berkomentar. Aksi perusakan tersebut terkait dengan akuisisi tim Liga 2 Putra Sinar Giri (PSG) Gresik, Jawa Timur oleh Wakil Bupati Pati Saiful Arifin (Safin).
Para pelaku sepak bola Nasional justru memberi dukungan atas tindakan Safin tersebut. Timo Scheunemann, eks Persema Malang sekaligus pelatih berdarah Jerman ini mengapresiasi dan menilai langkah yang diambil Saiful Arifin adalah tindakan positif. Langkah ini akan membuat Pati menjadi bahan pembicaraan nasional. Ini karena Pati akan memiliki jalur yang sangat lengkap dari segi pembinaan sampai profesional. Ada akademi berkelas dengan fasilitas kelas satu, ada kompetisi usia muda, ada pembinaan tim U-21 di Liga 3, lalu yang akan segera hadir ada tim profesional di Liga 2,” ujar Timo mendukung Safin yang ingin membangun industri sepak bola di Kabupaten Pati.
Timo menambahkan, “Semua hal tersebut menjadi suatu kesatuan yang bersifat membina dan memproduksi pemain dari junior sampai senior Ini menjadi hal yang luar biasa karena memang tidak ada di tempat lain. Langkah ini harus didukung demi sepak bola Indonesia yang lebih baik.”
Selain Timo, dukungan juga datang dari Djadjang Nurdjaman (Djanur), pelatih Barito Putera. “Semoga PSG Pati bisa eksis dalam pembinaan sepak bola di Indonesia dan mengangkat sepak bola Pati di kancah nasional bahkan internasional. Untuk pak Safin, semangat terus dalam membina sepak bola indonesia,” ungkap Djanur. Ia menilai langkah ini jelas mengangkat sepak bola Pati di tingkat nasional, bahkan mungkin internasional.
Sementara itu Nanang, pegiat dan pengelola Sekolah Sepak Bola (SSB) Tunjungrejo, Margoyoso, Pati, menyampaikan pada tim media Bratapos. “Berkaitan pembelian klub Liga 2 PSG oleh Bapak Saiful Arifin, kita ambil sisi positifnya saja. Kita ambil manfaat dari hal tersebut. Dengan banyaknya klub profesional di Pati kita bisa menyalurkan bakat-bakat pemain muda dengan mudah, antara liga 2 dan liga 3. Jangan dijadikan sebuah persaingan, toh juga keduanya untuk mengangkat Kabupaten Pati.”

Ia menambahkan, “Untuk pembinaan kelompok usia, saat ini sudah sangat baik. Sangat membuat antusias masyarakat dan pegiat-pegiat sepak bola, khususnya yang ada di desa-desa. Ini semua tidak terlepas dari Safin Pati Football Academy (SPFA) Mojo Agung. Disadari atau tidak, SPFA Mojo Agung menjadi pemantik semangat kami pegiat-pegiat sepak bola yang ada di desa, untuk memajukan pembinaan kelompok usia yang ada di desa.”
“Saya harap dengan pembinaan yang dilakukan secara profesional, kami yang ada di desa bisa lebih mudah menyalurkan potensi pemain-pemain muda untuk menjadi pemain profesional dengan jenjang karier yang lebih baik untuk ke depannya. Yang jelas, sepak bola di Pati sekarang ini sudah jauh lebih maju dibanding dahulu.” pungkas Nanang menutup obrolan.
Dalam kesempatan lain, Handoko pengelola dan pembina SSB Pondowan United Jr. memaparkan, “Untuk pembinaan sepak bola Pati sekarang ini sudah lebih baik. Tinggal kompetisi berjenjang lokal Pati yang perlu dikelola lebih baik lagi, agar pembinaan sepak bola semakin bergairah dan pastinya akan lahir pemain-pemain bertalenta.”
“Terkait Pak Safin membeli PSG yang berkompetisi di Liga 2, saya setuju, itu sangat bagus untuk persepakbolaan di Kabupaten Pati. Bisa menjadikan sepak bola Pati makin dikenal secara luas di tingkat nasional. Baik Persipa Pati maupun PSG Pati, saya rasa dapat beriringan untuk berkompetisi di Liga 2 dan Liga 3. Apalagi Pak Safin sebagai Ketumnya, pastinya akan melakukan hal terbaik untuk kedua klub tersebut. Karena saya lihat beliau sangat luar biasa bersemangat memajukan sepak bola di Kabupaten Pati.” tutur Handoko kepada tim media Bratapos.
Seorang pelaku sepak bola lain, Beyos Mantumala, memberikan pendapat yang hampir senada, “Sepak bola Pati sekarang sudah lebih maju di bidang pembinaan pemain muda dibanding dahulu. Ini dilihat dari adanya kompetisi seperti Askab (Asosiasi Kabupaten) dan liga-liga usia dini seperti yang sudah dilakukan. Saya mendukung sekali bila ada 2 klub dalam 1 kota. Tentunya akan memicu semangat para putra daerah untuk bisa masuk klub kebanggan Pati.” ujarnya.
“Tentang pembelian PSG oleh Safin, saya beropini itu akan menimbulkan polemik karena sudah pasti akan ada bentrok antar supporter. Selain itu juga bisa menimbulkan potensi kesulitan menembus tim utama bagi bibit pemain lokal.” imbuh Beyos.
“Sudah menjadi hal umum bahwa yang menghambat perkembangan sepak bola Pati adalah kurangnya pembinaan pemain usia dini. Kurang adanya kompetisi rutin seakan menjadi momok tersendiri bagi pemain-pemain berbakat yang memerlukan pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan mental.”

“Harapan saya ada kompetisi rutin di semua kelompok usia, dan perbanyak promosi bagi pemain-pemain yang berpotensi agar bisa masuk Persipa. Dengan demikian para pemain berpotensi ini bisa dilirik oleh pencari bakat untuk bisa ditarik menjadi pemain profesional.” tutup Beyos setelah mengutarakan harapannya.
Seorang tokoh sepak bola kawakan sekaligus Pembina sepak bola Kabupaten Pati, Sucipto, juga memberikan pendapatnya pada Bratapos, Ia mengatakan, “Sebenarnya mau ada berapapun klub di Pati, yang penting semua bisa bersinergi. Bersatu dan bekerja sama membangun sepak bola Pati pada tujuannya, yaitu untuk lebih maju. Singkirkan ego masing-masing, karena semua ini untuk kemajuan sepak bola Pati dan tentu saja untuk membawa nama Kabupaten Pati agar lebih dikenal.” papar Sucipto.

Ia melanjutkan, “Kalau memang perlu, kita undang Persipa dan pengurusnya, PSG, Patifosi dan semua pihak yang terkait untuk duduk bersama membahas masalah tersebut. Sehingga bisa tercapai kesepakatan bersama untuk kebaikan semua pihak dan supaya tidak ada kesalahpahaman. Jika kita berkeinginan untuk maju, semua bisa teratasi jika kita bekerja sama. Apalagi saat ini sudah banyak sekali SSB di Pati, banyak pemain-pemain muda dan baru yang potensial bagi Persipa.”
Pada intinya Sucipto ingin semua pihak bisa bersinergi, bekerja sama untuk kemajuan sepak bola Pati. Ia juga mengatakan bahwa di Pati ada 2 perusahaan besar, seharusnya bisa diajak untuk bersama membangun sepak bola Pati. Selain itu Sucipto juga menitip pesan untuk Patifosi agar bisa berpikir ke depan untuk kemajuan Kabupaten Pati.
Pendiri sekaligus pemilik Safin Pati Football Academy, Saiful Arifin yang akrab dipanggil Safin, beberapa waktu yang lalu mengakuisisi tim PSG Gresik dan memboyongnya ke Pati. Hal itu dilakukan dengan misi untuk mengangkat dan membangun industri sepak bola Pati sekaligus Kabupaten Pati ke kancah nasional. “Kami masih mempersiapkan tim PSG Pati untuk Liga 2 nanti. Tujuannya untuk lebih mengangkat nama baik Pati di tingkat nasional melalui sepak bola.” ujar Safin.
Beberapa kota di sekitar Pati sudah pernah merasakan level Liga Profesional. Sebut saja Persijap (Jepara), Persiku (Kudus), PSIR (Rembang), sampai Persipur (Purwodadi) sudah pernah masuk Liga Profesional. Hanya Pati saja yang belum. Ini yang jadi semangat kami untuk membuktikan bahwa Pati juga punya potensi.” paparnya.

Safin melanjutkan, “Dengan keberadaan Pati di Liga 2 yang nota bene adalah kompetisi profesional resmi, Pati akan lebih dikenal luas lewat sepak bolanya. Dampak positifnya juga akan terasa secara ekonomi bagi masyarakat Pati.”
Di akhir pembicaraan, Saiful Arifin menggarisbawahi bahwa langkah ini mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Selain itu dia juga menyebut langkah ini sesuai dengan tiga tema besar Haornas tahun 2020 yakni Sport Science, Sport Tourism, dan Sport Industry.
Reporter: Win/Sin
Editor: Arta
Publisher: Ariefin